KONSEP URBAN
FARMING (PERTANIAN PERKOTAAN)
1.1.
Pengertian Pertanian Urban (Urban Farming)
Pertanian
urban adalah praktek budidaya, pemrosesan, dan distribusi bahan pangan atau di sekitar kota. Pertanian urban juga
bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura.
Dalam arti luas, pertanian urban mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan
yang terjadi di perkotaan. Lahan yang digunakan bisa tanah tempat tinggal
(pekarangan, balkon, atau atap- atap bangunan), pinggiran jalan umum, atau tepi
sungai.
Definisi Urban Farming yang diberikan FAO, Sebuah
industri yang memproduksi, memproses, dan memasarkan produk dan bahan bakar
nabati, terutama dalam menanggapi permintaan harian konsumen di dalam
perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur
ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan
hewan ternak.
Definisi
Urban Farming yang diberikan Council on Agriculture, Science and Technology,
(CAST), Mencakup aspek kesehatan lingkungan, remediasi, dan rekreasi.Kebijakan
di berbagai kota juga memasukkan aspek keindahan kota dan kelayakan penggunaan
tata ruang yang berkelanjutan dalam menerapkan pertanian urban.
Definisi
Urban Farming yang diberikan Badan Pusat Statistik, adalah suatu aktivitas
pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang melibatkan keterampilan,
keahlian, dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan.
Defenisi Urban Farming yang diberikan Balkey M, adalah
rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi
untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota.
1.2. Manfaat
Urban Farming
·
Urban farming memberikan konstribusi penyelamatan lingkungan dengan
pengelolaan sampah Reuse dan Recyle,
·
Membantu menciptakan kota yang bersih dengan pelaksanaan 3 R
(reuse,reduse,recycle) untuk pengelolaan sampah kota,
·
Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota,
·
Meningkatkan Estetika kota,
·
Mengurangi biaya dengan penghematan biaya transportasi dan pengemasan,
·
Bahan pangan lebih segar pada saat sampai ke konsumen yang merupakan orang
kota,
·
Menjadi penghasilan tambahan penduduk kota.
1.3. Model-
model Urban Farming
Memanfaatkan
lahan tidur dan lahan kritis,
Memanfaatkan
Ruang Terbuka Hijau (Privat dan Publik,
Mengoptimalkan
kebun sekitar rumah,
Menggunakan
ruang (verticultur).
1.4.
Ketahanan Pangan
Pada awalnya
konsep ketahanan pangan dibuat dalam konteks yang sempit yaitu ketahanan pangan
tidak mensyaratkan untuk melakukan swasembada produksi pangan karena tergantung
pada sumberdaya yang dimiliki. Pengertian ketahanan pangan dalam lingkup sempit
adalah suatu negara bisa menghasilkan kemudian mengekspor komoditas pertanian
yang bernilai ekonomi tinggi dan barang-
barang industri kemudian membeli komoditas pangan di pasar internasional. Peran
pertanian kota untuk keamanan dan keselamatan pangan dalam dua jalan: Pertama,
meningkatkan jumlah makanan yang tersedia bagi orang yang tinggal di kota,
Kedua, tersedianya buah- buahan dan sayur- mayur segar untuk konsumen- konsumen
kota. Karena itu pertanian kota sebagai promosi penghematan energi produksi
makanan lokal, pertanian kota dan pinggiran kota adalah praktek- praktek
ketahanan pangan.
Berikut beberapa definisi ketahanan pangan yang sering
diacu (Hanani, 2010):
1.
Undang –undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya kebutuhan
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup,
baik dari jumlah maupun mutunya, aman,merata, dan terjangkau.
2.
USAID (1992): kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses
secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup
sehat dan produktif.
3.
FAO(1997): situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik
maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana
rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.
4.
Mercy Corps (2007): keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai
akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi
untuk pemenuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.
Pertanian urban umumnya dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan atau aktivitas memproduksi bahan pangan untuk dikonsumsi keluarga,
dan di beberapa tempat dilakukan untuk tujuan rekreasi dan relaksasi.
Kesadaran mengenai degradasi lingkungan di dalam
perkotaan akibat relokasi sumber daya untuk melayani populasi perkotaan telah
menjadikan insiprasi untuk berbagai skema pertanian urban di negara maju dan
negara berkembang dan mendatangkan berbagai bentuk pertanian perkotaan, dari
model sejarah seperti Machu Picchu hingga pertanian di kota modern. Ada
perubahan proporsi urban rural di Jawa, fakta menunjukkan 20 tahun yang lalu,
Pulau Jawa 70% pedesaan 30% kota, sedangkan saat ini 60% kota dan 40 %
pedesaan. Percepatan pertumbuhan yang sangat luar biasa, sehingga konversi dari
lahan pertanian ke non pertanian terlalu cepat. Dengan makin tumbuh dan
bergesernya rural menjadi urban yang modern , tentu hal ini cukup”menganggu”
bagi ketahanan pangan di masa depan.
Perbedaan antara pertanian urban dan non-urban bisa
cukup besar, dan tantangan yang ada pada pertanian urban bisa disebut sebagai
kekuatan yang dimiliki. Variasi kondisi sosio-ekonomi perkotaan, budaya, hingga
geografi, iklim, dan luas lahan menimbulkan berbagai inovasi dan kebijakan
pemerintahan setempat. Diversitas yang membedakan antara satu kota dan kota
lain mampu menciptakan keunikan tersendiri. Pertanian ini pun menimbulkan
berbagai gerakan lokal seperti "foodies", "locavores",
"organic growers" dan sebagainya yang berfungsi sebagai sarana
berbagi informasi dan fasilitas jual beli produk setempat, sehingga
mendatangkan penghasilan, mengurangi risiko pestisida dan bahan kimia berlebih
dalam konsumsi masyarakat, hingga meningkatkan ketahanan pangan. Karena
pertanian urban dikatakan memperpendek jarak antara produsen dan konsumen
sehingga bahan pengawet dan proses tambahan tidak dibutuhkan. Hal ini membuat
konsumen mendapatkan jaminan bahan pangan yang didapatkan begitu segar.
Sebagai akibat dari Program Pengurangan Pajak Atap
Hijau (The Green Roof Tax Abatement Program) dan Program Hibah Infrastruktur
Hijau (Green Infrastructure Grant Program) sejak tahun 2010 kota New York kini
mengalami peningkatan jumlah ladang atap (rooftop farm) di berbagai atap gedung
dan rumah yang dikelola secara swasta.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_urban
Salah satu contoh kota di Indonesia yang sudah
menerapkan urban farming yaitu :
Kota Surabaya merupakan Kota besar kedua setelah
Jakarta.Di Surabaya, gerakan urban farming yang dibangun berdasarkan ide atau
inovasi warga kota, serta didukung pemerintah yang diharapkan memberikan
konstribusi positif, seperti meningkatkan jumlah variasi makanan yang tersedia
dan kemungkinan sayuran, buah-buahan segar diproduksi di kota.
Ada tiga langkah yang harus dilakukan supaya urban farming
ini bisa lancar, yakni:
üMemberikan
penyuluhan bagaimana caranya meningkatkan kualitas produk. Dengan cara
membimbing dengan bekerja.
üTransplantasi
manajemen.
üJaminan
pasar. “Jaminan pasar kita melakukan sebisa mungkin untuk memenuhi spesifikasi
produk yang diberikan oleh swalayan.
URBAN
FARMING
Pengertian Urban
farming adalah konsep memindahkan pertanian
konvensional ke pertanian perkotaan, yang berbeda ada pada pelaku dan media
tanamnya. Pertanian konvensional lebih berorientasi pada hasil produksi,
sedangkan urban farming lebih pada karakter pelakunya
yakni masyarakat urban. Urban farming telah menjadi
gaya hidup karena semakin tinggi kesadaran masyarakat urban untuk menjalani
gaya hidup sehat.
Dengan melakukan aktivitas urban farming, masyarakat
mendapat ketersediaan sayuran sebagai sumber nutrisi sehat, mengurangi impor
sayuran, menghijaukan lingkungan, dan membantu mengurangi dampak pemanasan
global. Pemahaman yang lebih mendalam dan meluas mengenai urban farming
mengantarkan konsep ini tidak lagi sekadar gaya hidup kaum urban, tapi
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kualitas makanan, gizi, kesehatan
dan lingkungan sekitar. Anda tentu tahu bahwa kualitas hidup seseorang
ditentukan oleh kualitas makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Bayangkan jika
Anda selalu mengonsumsi makanan tidak sehat, Anda pun akan merasakan dampak
buruknya meski tidak dalam jangka pendek.
Pentingnya urban farming
sebagai aktivitas yang berkontribusi terhadap ruang terbuka hijau dan ketahanan
pangan, membuat semakin banyak masyarakat yang juga tertarik untuk melakukan
kegiatan ini. Salah satu perusahaan yang selalu mengampanyekan konsep urban
farming ini adalah East West Seed Indonesia (EWINDO), yang menghasilkan
produk benih sayuran Cap Panah Merah. “Kami siap dengan berbagai strategi untuk
kampanye urban farming. Tidak hanya di Jakarta tapi juga di kota-kota
sekitarnya.” ujar Muhammad Hariyadi Setiawan, Project Manager EWINDO. Salah
satu strategi yang telah dilakukan EWINDO untuk menjangkau lebih banyak petani
dan pencinta pertanian perkotaan ialah dengan meluncurkan aplikasi Urban
Farming Indonesia yang berisi informasi varietas, teknologi budidaya dan
agribisnis
Manfaat
Urban Farming
·
Urban farming memberikan konstribusi penyelamatan lingkungan dengan
pengelolaan sampah Reuse dan Recyle,
·
Membantu menciptakan kota yang bersih dengan pelaksanaan 3 R
(reuse,reduse,recycle) untuk pengelolaan sampah kota,
·
Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota,
·
Meningkatkan Estetika kota,
·
Mengurangi biaya dengan penghematan biaya transportasi dan pengemasan,
·
Bahan pangan lebih segar pada saat sampai ke konsumen yang merupakan orang
kota,
·
Menjadi penghasilan tambahan penduduk kota.
Model- model
Urban Farming
Memanfaatkan
lahan tidur dan lahan kritis,
Memanfaatkan
Ruang Terbuka Hijau (Privat dan Publik,
Mengoptimalkan
kebun sekitar rumah,
Menggunakan
ruang (verticultur).
Ada tiga
langkah yang harus dilakukan supaya urban farming ini bisa
lancar, yakni:
üMemberikan
penyuluhan bagaimana caranya meningkatkan kualitas produk. Dengan cara
membimbing dengan bekerja.
üTransplantasi
manajemen.
üJaminan
pasar. “Jaminan pasar kita melakukan sebisa mungkin untuk memenuhi spesifikasi
produk yang diberikan oleh swalayan.
Aneka Jenis Urban Farming
Sekarang kita lanjut ke tipe/jenis
urban farming menurut Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung 2015.
Tipe pertanian kota atau urban farming terdiri dari:
- Tipe A: perkebunan dalam
pot/polybag/wadah daur ulang lainnya
- Tipe B: rumah dengan tanaman
produktif di halaman (satu rumah satu pohon)
- Tipe C: Pekarangan rumah
bermanfaat dengan sayuran atau tanaman hias
- Tipe D: Tanaman pada dinding
(vertikultur)
- Tipe E: Tanaman merambat pada
pagar
- Tipe F: Pemanfaatan lahan tidur
(komunitas)
Demikian tipe urban farming menurut Dinas Pertanian Bandung 2015. Bagi kami urban
farming itu berdasarkan definisi di atas terdiri dari beberapa tipe yang bisa
dijelaskan sebagai berikut:
- Tipe produktif: perkebunan
lahan kota dengan tujuan pemenuhan kebutuhan pangan meskipun hanya untuk
kebutuhan personal
- Tipe estetik: perkebunan lahan
kota baik ditanami pangan maupun tanaman hias dengan fokus pada tujuan
estetis, sehingga masyarakat urban memiliki "hiburan" atau wadah
rekreasi lokal yang segar.
- Tipe ekologis: perkebunan lahan
kota yang memokuskan pelaksanaannya demi keselamatan lingkungan dengan
cara memaksimalkan prinsip 3R.
- Tipe industri: perkebunan kota
dengan skala besar yang bertujuan bisa memproduksi pangan untuk memenuhi
kebutuhan pasar lokal di kawasan perkotaan.
MEKANISME
CARA KERJA
1.
Selidiki bagian rumah Anda atau
apartment Anda, mana yang memiliki sirkulasi udara terbaik dengan cahaya
matahari yang cukup. Tanaman tidak cuma butuh air, ingatlah filosofi
unsur-unsur alam di film kartun The Legend of Aang, tanah, air, udara, api,
adalah komponen penting untuk tanaman hidup dan berkembang. Api disini adalah
cahaya. Bukan api kompor. Balkon adalah tempat yang memiliki fasilitas
lumayan untuk mendapatkan udara dan cahaya yang baik. Selain itu ambang jendela
atau windowsill juga bisa jadi alternatif. Kalau ada tempat lain seperti
atap terbuka lebih bagus lagi, tapi jangan terbuka babar blas banget, kalau
iklim tropis Indonesia mah lebih baik ada tudungnya, sinar matahari yang terik
dan curah hujan tinggi untuk beberapa tanaman akan membuatnya rusak.

2.
Pilih
tanaman apa yang ingin Anda tanam. Kalau kita cuma punya lahan sempit, ya
jangan sesekali berpikir untuk menanam pohon kelapa, nangka, maupun duren.
Jangan. Sesekali bolehlah terlintas di pikiran, tapi ingat lagi, sebaiknya jangan.
Pilih tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan yang Anda punya. Bukan buah apa
yang ingin Anda makan. Kalau Anda tidak suka memasak, dan cuma ingin
memperindah rumah atau apartment Anda, bisa dipilih jenis bunga-bungaan atau
tanaman hijau yang tumbuh mini dan tidak rewel bila ditanam di pot. Untuk yang
suka memasak, bisa menentukan tanaman-tanaman herbs dan sayuran sebagai
pilihan. Tapi jangan mentang-mentang suka masak, Anda lantas ingin menanam
Jahe, Kunyit, dan Temulawak, dan Kecombrang, itu jenis-jenis tanaman yang
sebaiknya berada di lahan, bukan di pot. Saran saya, herbs bisa menjadi
pilihan, tomat, pohon cabe-cabean, terong-terongan, aneka sayuran berumur
pendek seperti lettuce juga cantik dan bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi.
3.
Pilihlah pot aneka jenis dan bentuk
agar sekaligus mempercantik rumah dan apartement Anda. Kaleng bekas yang
dipercantik juga bisa jadi alternatif. Keluarkan daya imaginasi dan kreativitas
Anda disini. Jiwa seni Anda yang terpendam bisa dikeluarkan disini melalui media
untuk bercocok tanam. Apapun wadah bisa digunakan untuk tempat tanaman Anda.
Herbs biasanya berukuran kecil, jadi cocok ditanam di pot atau wadah yang
mungil.
4.
Bila menggunakan media tanah,
ingatlah, bahwa hampir semua herbs dan sayur akan lebih menyukai tanah atau
media tanam yang subur, penuh zat hara, bersifat porous (beremah, tidak
menggumpal, banyak mengandung kompos dedaunan), biasanya warnanya hitam dan
terlihat subur. Seperti apa tanah yang subur? Seperti media yang gembur dan
tampaknya cacing senang bermain disitu.
- Bila tidak ingin apartment
Anda menjadi dekil oleh tanah dan kompos, Anda bisa menggunakan cara
tanam dengan hidroponik.
Gunakan wadah cantik bila Anda ingin sekaligus menjadikannya ornamen
halaman dan balkon Anda.
- Tips pilihan herbs untuk
apartment yang kecil dan tidak rewel: thyme, oregano, basil, chives,
onion, lavender, rosemary,mint, lemon balm, celery, dill
bouquet,leek, parlsey italian flat, parsley moss curled, sage.
Pilihan sayuran untuk lahan sempit: Cherry tomato, jalapenos, habanero,
eggplant, bird eye chilli alias cengek, kohlrabi, rhubarb, lettuce,
roquette, arugula, pak choy, ta ke cay, chai sim, spinach, watercress.
Urban Farming- Tips Berkebun di Apartemen
Hidup di
kota besar, tentu penuh tantangan. Untuk yang memiliki hobi berkebun atau bercocok
tanam, atau ingin memulainya karena ingin berpartisipasi dalam penghijauan – go
green istilah trend jaman sekarang, atau dalam fungsi lain yang lebih
mendatangkan manfaat bagi kantong, pengiritan uang belanja, bertanam di lahan
sempit atau di apartment bukan lagi sebuah kesulitan.
Saya
walaupun tidak tinggal di apartment, memiliki tantangan yang sama. Rumah saya
kecil, lahan saya sampit, tapi punya keinginan bercocok tanam yang besar.
Disini saya akan berbagi tips berkebun di lahan sempit, baik di apartment
berupa high rise building, atau rumah kecil kejepit macam saya punya.
- Selidiki
bagian rumah Anda atau apartment Anda, mana yang memiliki sirkulasi udara
terbaik dengan cahaya matahari yang cukup. Tanaman tidak cuma butuh air,
ingatlah filosofi unsur-unsur alam di film kartun The Legend of Aang,
tanah, air, udara, api, adalah komponen penting untuk tanaman hidup dan
berkembang. Api disini adalah cahaya. Bukan api kompor. Balkon
adalah tempat yang memiliki fasilitas lumayan untuk mendapatkan udara dan
cahaya yang baik. Selain itu ambang jendela atau windowsill juga bisa jadi
alternatif. Kalau ada tempat lain seperti atap terbuka lebih bagus
lagi, tapi jangan terbuka babar blas banget, kalau iklim tropis Indonesia
mah lebih baik ada tudungnya, sinar matahari yang terik dan curah hujan
tinggi untuk beberapa tanaman akan membuatnya rusak.

- Pilih
tanaman apa yang ingin Anda tanam. Kalau kita cuma punya lahan
sempit, ya jangan sesekali berpikir untuk menanam pohon kelapa, nangka,
maupun duren. Jangan. Sesekali bolehlah terlintas di pikiran, tapi ingat
lagi, sebaiknya jangan. Pilih tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan
yang Anda punya. Bukan buah apa yang ingin Anda makan. Kalau Anda tidak
suka memasak, dan cuma ingin memperindah rumah atau apartment Anda, bisa
dipilih jenis bunga-bungaan atau tanaman hijau yang tumbuh mini dan tidak
rewel bila ditanam di pot. Untuk yang suka memasak, bisa menentukan
tanaman-tanaman herbs dan sayuran sebagai pilihan. Tapi jangan
mentang-mentang suka masak, Anda lantas ingin menanam Jahe, Kunyit, dan
Temulawak, dan Kecombrang, itu jenis-jenis tanaman yang sebaiknya berada
di lahan, bukan di pot. Saran saya, herbs bisa menjadi pilihan,
tomat, pohon cabe-cabean, terong-terongan, aneka sayuran berumur pendek
seperti lettuce juga cantik dan bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi.

- Pilihlah
pot aneka jenis dan bentuk agar sekaligus mempercantik rumah dan
apartement Anda. Kaleng bekas yang dipercantik juga bisa jadi alternatif.
Keluarkan daya imaginasi dan kreativitas Anda disini. Jiwa seni Anda yang
terpendam bisa dikeluarkan disini melalui media untuk bercocok tanam.
Apapun wadah bisa digunakan untuk tempat tanaman Anda. Herbs biasanya
berukuran kecil, jadi cocok ditanam di pot atau wadah yang mungil.

- Bila
menggunakan media tanah, ingatlah, bahwa hampir semua herbs dan sayur akan
lebih menyukai tanah atau media tanam yang subur, penuh zat hara, bersifat
porous (beremah, tidak menggumpal, banyak mengandung kompos dedaunan),
biasanya warnanya hitam dan terlihat subur. Seperti apa tanah yang subur?
Seperti media yang gembur dan tampaknya cacing senang bermain disitu.

- Bila
tidak ingin apartment Anda menjadi dekil oleh tanah dan kompos, Anda bisa
menggunakan cara tanam dengan hidroponik.
Gunakan wadah cantik bila Anda ingin sekaligus menjadikannya ornamen
halaman dan balkon Anda.
- Tips
pilihan herbs untuk apartment yang kecil dan tidak rewel: thyme, oregano,
basil, chives, onion, lavender, rosemary,mint, lemon balm, celery,
dill bouquet,leek, parlsey italian flat, parsley moss curled, sage.
Pilihan sayuran untuk lahan sempit: Cherry tomato, jalapenos, habanero,
eggplant, bird eye chilli alias cengek, kohlrabi, rhubarb, lettuce, roquette,
arugula, pak choy, ta ke cay, chai sim, spinach, watercress.
Di Indonesia teknologi ini belum banyak dikembangkan,
meskipun secara teoritis mudah diterapkan. Faktanya masih sedikit wilayah yang
menerapkan teknologi ini. Surabaya merupakan salah satu kota yang mulai
menerapkan teknologi ini, karena selain efektif menyelesaikan permasalahan
lingkungan, urban farming memiliki fungsi ganda untuk meningkatkan
sumber daya dibidang pertanian dan mengurangi kemiskinan di wilayah itu. Hal
ini diterapkan oleh masyarakat Kelurahan Made di Surabaya yang menerapkan urbanfarming
untuk mengatasi masalah lingkungan dan pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi
kemiskinan di daerah tersebut.
Urban farming merupakan
solusi alternatif bagi penyelesaian masalah lingkungan dan ekonomi, namun
penerapannya belum dilakukan secara optimal di Indonesia, karena itu kita harus
mempopulerkan kegiatan ini agar lebih mudah dikenal masyarakat, Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran berusaha mempromosikan urban
farming ke berbagai elemen masyarakat di Jawa Barat, Bersama kami
melakukan penyuluhan mengenai urban farming, salah satunya di Desa
Pasigaran, Kabupaten Sumedang. Efeknya luar biasa, dengan optimalisasi lahan
sempit pada pekaranag berupa teknologi hidrophonik, setidaknya warga desa
dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri, meningkatkan pendapatan dan
secara otomatis juga mendukung program ketahanan. BEM Fakultas Pertanian juga
mengawal program Upsus Pajale dari pemerintah dengan mengajak warga Kota
Bandung untuk mengoptimalkan lahan pekarangannya menjadi rumah pangan lestari,
dan memberikan berbagai macam penjelasan mengenai urban farming, salah
satunya mengenai hidrophonik sebagai media budidaya yang efektif dan
efisien pada saat perayaan hari tani tanggal 24 september 2015 lalu di Dago.
karena masalah lingkungan merupakan masalah kita bersama dan musuh kita
bersama. Manfaat urban farming dapat mengurangi dampak pemanasan
global dan menyelesaikan masalah ekonomi di Indonesia. Urban farming
merupakan solusi yang terabaikan, namun dalam penerapannya teknologi ini harus
mulai diterapkan demi keseimbangan lingkungan.
Pengertian Urban farming adalah konsep
memindahkan pertanian konvensional ke pertanian perkotaan, yang berbeda ada
pada pelaku dan media tanamnya. Pertanian konvensional lebih berorientasi pada
hasil produksi, sedangkan urban farming lebih pada karakter pelakunya
yakni masyarakat urban. Urban farming telah menjadi gaya hidup karena
semakin tinggi kesadaran masyarakat urban untuk menjalani gaya hidup sehat.
Dengan
melakukan aktivitas urban farming, masyarakat mendapat ketersediaan
sayuran sebagai sumber nutrisi sehat, mengurangi impor sayuran, menghijaukan
lingkungan, dan membantu mengurangi dampak pemanasan global. Pemahaman yang
lebih mendalam dan meluas mengenai urban farming mengantarkan konsep ini tidak
lagi sekadar gaya hidup kaum urban, tapi meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap kualitas makanan, gizi, kesehatan dan lingkungan sekitar. Anda tentu
tahu bahwa kualitas hidup seseorang ditentukan oleh kualitas makanan yang masuk
ke dalam tubuhnya. Bayangkan jika Anda selalu mengonsumsi makanan tidak sehat,
Anda pun akan merasakan dampak buruknya meski tidak dalam jangka pendek.
Pentingnya
urban farming sebagai aktivitas yang berkontribusi terhadap ruang terbuka
hijau dan ketahanan pangan, membuat semakin banyak masyarakat yang juga
tertarik untuk melakukan kegiatan ini. Salah satu perusahaan yang selalu
mengampanyekan konsep urban farming ini adalah East West Seed
Indonesia (EWINDO), yang menghasilkan produk benih sayuran Cap Panah Merah.
“Kami siap dengan berbagai strategi untuk kampanye urban farming.
Tidak hanya di Jakarta tapi juga di kota-kota sekitarnya.” ujar Muhammad
Hariyadi Setiawan, Project Manager EWINDO. Salah satu strategi yang telah
dilakukan EWINDO untuk menjangkau lebih banyak petani dan pencinta pertanian
perkotaan ialah dengan meluncurkan aplikasi Urban Farming Indonesia
yang berisi informasi varietas, teknologi budidaya dan agribisnis
MANFAAT URBAN FARMING
Salah
satu solusi untuk mengatasi kekhawatiran pemenuhan kebutuhan pangan yang
berkualitas adalah melalui gerakan urban farming atau pertanian perkotaan.
Semakin sedikitnya lahan di
perkotaan dapat disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk. Semakin tinggi
jumlah penduduk di suatu kota, menyebabkan penggunaan lahan untuk pemukiman
penduduk juga semakin tinggi.
Dampak lain adalah
kebutuhan terhadap pangan atau makanan yang semakin tinggi. Karena itu,
produksi makanan juga harus ditingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pangan penduduk. Solusinya, lakukan urban farming mulai dari diri sendiri.
Kita tidak perlu menyediakan
lahan yang luas untuk melakukan urban farming. Kita dapat
memanfaatkan lahan “tidur” atau lahan yang tidak terpakai. Pada dasarnya,
urbang farming mengasah individu untuk kreatif dalam mengoptimalkan hasl panen
di lahan terbatas dan meminimalkan biaya.
Bayangkan jika setiap rumah
memanfaatkan halaman atau lahan kosong untuk menanam sayuran. Hasilnya, mereka
dapat mengonsumsi sayuran segar hasil dari tanaman sendiri. Berbeda
dengan membeli sayuran di pasar, kita tidak mengetahui secara pasti kualitas
atau kandungan yang terdapat ada sayuran.
Salah satu manfaat urban
farming secara tidak langsung adalah meningkatkan kesehatan tubuh dan
mental. Berkebun dapat membuat tubuh kita terlatih secara fisik. Misalnya, saat
mencangkul memerlukan pergerakan tangan dan tumpuan kaki yang kuat atau saat
menebas rumput atau gulma. Kegiatan ini dapat melatih fisik menjadi lebih
kuat dan membuat tubuh menjadi lebih bugar.
Melatih mental atau kesabaran
dilakukan saat merawat tanaman. Kita harus bersabar karena pertumbuhan tanaman
hingga siap panen memerlukan waktu, Contoh lainnya, disiplin untuk memberikan
perlakuan yang tepat dan berlapang dada jika ada tanaman yang rusak atau mati.
Melakukan urbang
farming nyatanya dapat menghemat biaya
rumah tangga
Berkebun
sayuran atau menanam sendiri dapat menghemat pengeluaran untuk keperluan dapur.
Kita tidak perlu mengeluarkan uang untuk menuju ke pasar atau supermarket jika
ingin mendapat sayuran yang diinginkan. Tinggal menanam di rumah dan memanen
sendisi pasti lebih baik.
Urban farming juga berpotensi
menjadi sumber penghasilan. Selain menikmati hasil berkebun sendiri, kita
berpeluang memperoleh pendapatan atau keuntungan dari hasil menjual sayuran
yang ditanam. Langkah awal dapat menjualnya ke para penggiat,
anggota keluarga, kerabat, teman, hinggga memasok ke pasar atau restoran. Hal
ini membuktikan urban farming dapat menjadi prospek bisnis yang menjanjikan.
Semoga bisa lebih banyak masyarakat
yang berniat dan melakukan kegiatan berkebun. Langkah pertama mungkin dengan
bergabung dengan jejaring Indonesia berkebun yang ada di kota terdekat.
Urban farming sekarang ini tengah menjadi wacana
global, seluruh dunia berlomba-lomba untuk menciptakan teknologi urban
farming yang ramah lingkungan dan ramah dompet :D
Bila dilacak sejarahnya urban farming telah hadir sejak zaman Mesir
Kuno (silakan baca langsung artikelnya di wikipedia). Pada abad ke-19 Sebuah konsep
kebun individu (allotment garden) dibangun di Jerman dan pada zaman Perang
Dunia I dan Perang Dunia II Amerika Serikat dan Ingris mengembangkan Kebun
Victoria, kedua gerakan berkebun yang terakhir merupakan gerakan untuk keluar
dari kemiskinan akibat perang.
Secara singkat dilihat dari sejarahnya, urban farming memiliki tujuan
signifikan yaitu kesadaran akan kelestarian lingkungan seperti konsep pertanian
kota di Mesir Kuno. Kemudian juga bertujuan sebagai solusi ketahanan pangan
pada masa perang dunia.
Hari ini urban farming kembali menjadi wacana, tidak hanya di Bandung atau
Jakarta, melainkan di dunia yang kita tinggali ini.
Sekarang kita akan menyampaikan pengertian
urban farming yang dirincikan oleh beberapa lembaga, antara lain
menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dan menurut Council on
Agriculture, Science and Technology (CAST).
Pengertian
urban farming menurut FAO ialah "Sebuah industri yang memproduksi,
memproses, dan memasarkan produk dan bahan bakar nabati, terutama dalam
menanggapi permintaan harian konsumen di dalam perkotaan, yang menerapkan
metode produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan limbah
perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan ternak."
Dari pengertian urban farming
menurut FAO tersebut ada dua aspek tegas yang ingin dikejar, yakni ekonomi dan
lingkungan. Urban farming diharapkan mampu menjadi aspek ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan pasar harian terutama di kawasan urban. Aspek kedua yaitu lingkungan,
urban farming diharapkan mampu menjadi solusi atas karut-marutnya keasrian
lingkungan di sekitar kita itu sebabnya gerakan urban farming harus bertumpu
pada prinsip 3R (Reuse Reduce Recycle).
Adapun pengertian urban farming
menurut CAST ialah " Mencakup aspek kesehatan lingkungan, remediasi,
dan rekreasi. Kebijakan di berbagai kota juga memasukkan aspek keindahan kota
dan kelayakan penggunaan tata ruang yang berkelanjutan dalam menerapkan
pertanian urban.
Pengertian urban farming menurut
CAST di atas mengandung dua aspek yang tegas di dalamnya yakni pariwisata
(rekreasi) dan tata ruang (yang di dalamnya bersangkut paut dengan banyak hal,
sosial, ekonomi, budaya, dan seterusnya). Urban farming tidak semata-mata
pemenuhan kebutuhan ekonomi tapi juga harus mengandung aspek estetika sehingga
bisa menjadi sarana rekreasi bagi masyarakat urban.
Aneka Jenis Urban Farming
Sekarang kita lanjut ke tipe/jenis urban
farming menurut Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung 2015. Tipe
pertanian kota atau urban farming terdiri dari:
- Tipe A: perkebunan dalam
pot/polybag/wadah daur ulang lainnya
- Tipe B: rumah dengan tanaman
produktif di halaman (satu rumah satu pohon)
- Tipe C: Pekarangan rumah
bermanfaat dengan sayuran atau tanaman hias
- Tipe D: Tanaman pada dinding
(vertikultur)
- Tipe E: Tanaman merambat pada
pagar
- Tipe F: Pemanfaatan lahan tidur
(komunitas)
Demikian tipe urban farming menurut Dinas Pertanian Bandung
2015. Bagi kami urban farming itu berdasarkan definisi di atas terdiri dari
beberapa tipe yang bisa dijelaskan sebagai berikut:
- Tipe produktif: perkebunan
lahan kota dengan tujuan pemenuhan kebutuhan pangan meskipun hanya untuk
kebutuhan personal
- Tipe estetik: perkebunan lahan
kota baik ditanami pangan maupun tanaman hias dengan fokus pada tujuan
estetis, sehingga masyarakat urban memiliki "hiburan" atau wadah
rekreasi lokal yang segar.
- Tipe ekologis: perkebunan lahan
kota yang memokuskan pelaksanaannya demi keselamatan lingkungan dengan
cara memaksimalkan prinsip 3R.
- Tipe industri: perkebunan kota
dengan skala besar yang bertujuan bisa memproduksi pangan untuk memenuhi
kebutuhan pasar lokal di kawasan perkotaan.
Ada juga sumber-sumber yang
mengatakan model urban farming antara lain sebagai berikut: Memanfaatkan
lahan tidur dan lahan kritis, memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau (Privat dan
Publik,, Mengoptimalkan kebun sekitar rumah, dab menggunakan ruang (verticultur).
Nah, sekarang coba lihat di lingkungan di sekita rumah Anda. Apakah sudah
dimulai gerakan urban farming? Kalau belum, Andalah yang harus bergerak
memulainya. Yuk, hijaukan dinding kota. Segarkan!
1.4. Ketahanan Pangan
Pada
awalnya konsep ketahanan pangan dibuat dalam konteks yang sempit yaitu
ketahanan pangan tidak mensyaratkan untuk melakukan swasembada produksi pangan
karena tergantung pada sumberdaya yang dimiliki. Pengertian ketahanan pangan
dalam lingkup sempit adalah suatu negara bisa menghasilkan kemudian mengekspor
komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi dan barang- barang industri kemudian membeli
komoditas pangan di pasar internasional. Peran pertanian kota untuk keamanan
dan keselamatan pangan dalam dua jalan: Pertama, meningkatkan jumlah makanan
yang tersedia bagi orang yang tinggal di kota, Kedua, tersedianya buah- buahan
dan sayur- mayur segar untuk konsumen- konsumen kota. Karena itu pertanian kota
sebagai promosi penghematan energi produksi makanan lokal, pertanian kota dan pinggiran
kota adalah praktek- praktek ketahanan pangan.
Berikut
beberapa definisi ketahanan pangan yang sering diacu (Hanani, 2010):
1. Undang –undang Pangan No.7 Tahun
1996: kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya,
aman,merata, dan terjangkau.
2. USAID (1992): kondisi ketika semua
orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk
memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif.
3. FAO(1997): situasi dimana semua
rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan
bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami
kehilangan kedua akses tersebut.
4. Mercy Corps (2007): keadaan ketika
semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi
terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk pemenuhan gizi sesuai dengan
seleranya untuk hidup produktif dan sehat.
Pertanian
urban umumnya dilakukan untuk meningkatkan pendapatan atau aktivitas
memproduksi bahan pangan untuk dikonsumsi keluarga, dan di beberapa tempat
dilakukan untuk tujuan rekreasi dan relaksasi.